Proyeksi
Peta
Mengapa diperlukan
proyeksi peta? Apa saja jenis-jenis proyeksi peta? Berdasarkan apa saja
pembagiannya?
Globe adalah
media yang paling sesuai untuk menggambarkan bumi. Akan tetapi, globe memiliki
kelemahan, yaitu sulit dibawa ke mana-mana dan sulit digunakan untuk melakukan
berbagai kegiatan analisis dan perencanaan karena berupa bidang lengkung. Oleh
karena itu, diperlukan upaya pemindahan objek-objek yang terdapat pada bidang
lengkung ke dalam bentuk bidang datar. Upaya tersebut disebut dengan proyeksi
peta. Proyeksi peta adalah cara pemindahan garis lintang dan garis bujur serta
titik-titik objek pada bidang lengkung (globe) ke bidang datar (peta).
Tujuan proyeksi
peta adalah untuk melakukan cara-cara sistematis dan matematis dalam
memindahkan sifat-sifat bidang lengkung ke bidang datar dengan kesalahan
sekecil mungkin. Tidak ada proyeksi yang sempurna karena masing-masing jenis
proyeksi memiliki kesalahan sendiri. Kesalahan yang terjadi dalam proyeksi
meliputi kesalahan luas, kesalahan jarak, serta kesalahan bentuk dan arah. Tingkat
kesalahan proyeksi akan semakin besar apabila bidang yang diproyeksikan sangat luas
sehingga terdapat pengaruh kelengkungan bumi. Batas luas maksimal yang masih tidak
terpengaruh oleh kelengkungan bumi adalah seluas 30 km x 30 km. Apabila
proyeksi dilakukan terhadap wilayah yang kurang dari 30 km x 30 km, maka pengaruh
kelengkungan bumi dianggap belum ada.
Pemilihan sistem
proyeksi dalam pembuatan peta perlu memperhatikan ciri-ciri asli yang harus
dipertahankan, besar dan bentuk wilayah yang dipetakan, serta letak wilayah di
permukaan bumi. Proyeksi dapat dibagi berdasarkan pertimbangan intrinsik yang
meliputi sifat-sifat asli dan cara melakukan proyeksi, serta pertimbangan
ekstrinsik yang meliputi bidang proyeksi, persinggungan, posisi sumbu simetri,
dan arah penyinaran.
Proyeksi
berdasarkan sifat yang dipertahankan kebenarannya adalah sebagai berikut.
1. Proyeksi
equivalent (equal area), yaitu
proyeksi yang mempertahankan keakuratan luas sehingga luas suatu wilayah pada
peta sama dengan luas wilayah di permukaan bumi (setelah dikalikan dengan
penyebut skala).
2. Proyeksi
conformal (orthomorphic),
yaitu proyeksi yang mempertahankan keakuratan bentuk sehingga sudut-sudut dan bentuk
suatu objek pada peta sama dengan sudut-sudut dan bentuk objek di permukaan
bumi.
3. Proyeksi equidistant,
yaitu proyeksi yang mempertahankan keakuratan jarak sehingga jarak antara dua
objek pada peta sama dengan jarak dua objek di permukaan bumi (setelah
dikalikan dengan penyebut skala).
Proyeksi berdasarkan cara memproyeksikan adalah
sebagai berikut.
1. Proyeksi
geometris (perspektif), yaitu proyeksi yang dilakukan dengan metode perspektif
melalui prinsip penyinaran.
2. Proyeksi
matematis (nonperspektif), yaitu proyeksi yang dilakukan dengan metode perhitungan
matematis.
3. Proyeksi
semigeometris, yaitu proyeksi yang dilakukan dengan kombinasi antara metode geometris
dan matematis.
Proyeksi berdasarkan bidang proyeksi yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Proyeksi azimuthal (zenithal), disebut juga
proyeksi bidang datar, yaitu proyeksi yang dilakukan dengan menggunakan bidang
datar sebagai bidang proyeksi. Proyeksi ini paling cocok digunakan untuk
memproyeksikan wilayah yang terletak di daerah kutub atau dekat kutub.
2. Proyeksi silinder (cylindrical projection), yaitu proyeksi yang dilakukan dengan
menggunakan bidang silinder sebagai bidang proyeksi. Proyeksi ini paling cocok digunakan
untuk memproyeksikan wilayah yang terletak di daerah ekuator atau dekat
ekuator.
3. Proyeksi kerucut (conical projection), yaitu proyeksi yang dilakukan dengan
menggunakan bidang kerucut sebagai bidang proyeksi. Proyeksi ini paling cocok
digunakan untuk memproyeksikan wilayah yang terletak di daerah lintang tengah
(sekitar 45o).
Proyeksi berdasarkan persinggungan antara bidang proyeksi
dan bola bumi (globe) adalah sebagai berikut.
1. Proyeksi tangential, yaitu proyeksi
apabila bidang proyeksi yang digunakan bersinggungan dengan bola bumi.
2. Proyeksi secantial, yaitu proyeksi
apabila bidang proyeksi yang digunakan berpotongan dengan bola bumi.
3. Proyeksi polysuperficial, yaitu
proyeksi yang menggunakan beberapa/banyak bidang proyeksi, misalnya adalah
proyeksi polyconic (beberapa/banyak bidang kerucut).
Proyeksi berdasarkan posisi sumbu simetri adalah sebagai berikut.
1. Proyeksi
normal, yaitu proyeksi apabila posisi sumbu simetri berimpit dengan sumbu bumi.
2. Proyeksi
miring (oblique), yaitu proyeksi
apabila posisi sumbu simetri membentuk sudut tertentu dengan sumbu bumi.
3. Proyeksi
transversal (equatorial), yaitu
proyeksi apabila posisi sumbu simetri tegak lurus terhadap sumbu bumi.
Proyeksi berdasarkan arah penyinaran adalah sebagai berikut.
1. Proyeksi
gnomonis, yaitu proyeksi apabila arah penyinaran berasal dari pusat
bumi.
2. Proyeksi stereografis, yaitu proyeksi
apabila arah penyinaran berasal dari kutub yang berlawanan dengan titik
singgung pada proyeksi gnomonis.
3. Proyeksi orthografis,
yaitu proyeksi apabila arah penyinaran berasal dari jauh tidak terhingga.
Masing-masing jenis proyeksi
di atas pasti memiliki kelemahan serta terdapat distorsi. Distorsi adalah
kesalahan dalam pemindahan garis bujur dan garis lintang pada proses proyeksi sehingga
menyebabkan suatu objek pada peta tidak sesuai dengan keadaan aslinya. Distorsi
terdiri atas distorsi luas, distorsi jarak (terdiri atas distorsi meridian dan
distorsi paralel), distorsi bentuk, serta distorsi arah. Distorsi dapat
disebabkan oleh penggembungan bumi di daerah ekuator dan pemampatan di daerah
kutub, pertimbangan datum (persinggungan antara bidang elipsoid dan geoid) yang
digunakan, serta pengaruh pemindahan sifat bidang lengkung ke bidang datar.
No comments:
Post a Comment