Mengembangkan Keterampilan Membuat Peta
Bagaimana cara kita dapat
membuat suatu peta?
Secara umum, kita dapat membuat peta dengan
pengukuran secara langsung dan dengan memanfaatkan data pengindraan jauh.
1. Membuat
Peta dengan Pengukuran Secara Langsung
Pengukuran
secara langsung di lapangan dilakukan terutama untuk memperoleh data jarak dan arah
suatu objek terhadap objek yang lain. Alat yang digunakan dalam pengukuran
langsung di lapangan, antara lain GPS, kompas, waterpass, teodolit, abney
level, total station, klinometer, baak ukur, yalon, dan rol meter. Dalam
pengukuran secara langsung juga dilakukan pencatatan hal-hal yang berhubungan
dengan ketinggian tempat, kemiringan lereng, penutup lahan, nama tempat, dan
sebagainya.
Pengukuran jarak
dilakukan melalui pembacaan nilai yang ditunjukkan oleh rol meter dan atau
nilai pembacaan baak ukur, kemudian dilakukan perhitungan menggunakan
rumus-rumus yang ditetapkan dalam pemakaian suatu alat (waterpass, teodolit, dan total
station). Prinsip dan metode pengukuran jarak maupun tinggi selengkapnya
dapat dipelajari dalam ilmu ukur tanah (handasah).
Pengukuran arah dapat
dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan menggunakan metode azimuth
dan metode bearing. Pengukuran metode azimuth dilakukan menggunakan
arah utara sebagai acuan. Oleh karena itu, kompas harus terlebih dahulu
menunjukkan arah utara secara benar. Setelah itu, dilakukan pembidikan menuju
arah objek dengan cara diputar searah
jarum jam. Sebagai contoh hasil pembacaan sudut, misalnya diketahui objek Z
bersudut 60o dari arah utara atau objek Y bersudut 210o
dari arah utara. Metode bearing juga dilakukan menggunakan arah utara
sebagai acuan, namun dalam membidik arah, selain memutar searah jarum jam dapat
juga dilakukan dengan memutar berlawanan arah jarum jam. Hasil pembacaan sudut pada
metode ini tidak hanya bisa U 60o T saja, tetapi juga dapat dijumpai
sudut U 60o B, artinya posisi objek adalah dari arah utara sebesar
60o ke arah barat.
Setelah diperoleh data-data jarak, arah, tinggi, nama
tempat, dan data lainnya yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah menggambarkan
data tersebut sehingga menjadi peta. Penggambaran dapat dilakukan dengan cara manual
maupun dengan menggunakan bantuan perangkat lunak digital (software). Penggambaran dengan cara manual dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan perhitungan dan olah data hasil pengukuran. Sementara itu, penggambaran
dengan menggunakan perangkat lunak dapat dilakukan setelah data-data yang
dibutuhkan diinput dan diproses secara otomatis. Akan tetapi, meskipun mudah
dan praktis, kita diharuskan memahami prinsip-prinsip dasar pengukuran dan
pemetaan agar peta yang dihasilkan baik dan benar. Dalam penggambaran peta,
kita juga harus selalu memperhatikan skala dan unsur-unsur peta lainnya agar
peta yang dihasilkan baik dan benar.
2. Membuat
Peta dengan Memanfaatkan Data Pengindraan Jauh
Selain dengan
cara pengukuran langsung di lapangan, pembuatan peta juga dapat dilakukan dengan
memanfaatkan data pengindraan jauh. Saat ini pembuatan peta lebih banyak dengan
cara memanfaatkan data pengindraan jauh dibandingkan dengan pengukuran secara
langsung di lapangan karena lebih efisien dan mampu menjangkau sampai wilayah
yang sulit dicapai oleh pengukuran secara langsung.
Data pengindraan
jauh yang digunakan dalam pembuatan peta meliputi foto udara dan citra satelit
pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dapat menyediakan berbagai macam informasi,
seperti penutup lahan, geologi, geomorfologi, vegetasi, berbagai hal tentang
kelautan dan atmosfer, serta pemilihan lokasi terbaik untuk kepentingan
tertentu. Akan tetapi, foto udara maupun citra satelit terlebih dahulu harus
diolah menggunakan metode tertentu untuk dapat menghasilkan peta sesuai dengan
tema dan tujuan yang diharapkan.
Foto udara dan citra satelit
menampilkan objek-objek di permukaan bumi sesuai dengan wilayah perekamannya.
Dalam membuat peta, tidak semua objek digambarkan sehingga
dari objek-objek yang terekam pada foto udara dan citra satelit harus dipilih
yang sesuai dengan tujuan pemetaan. Pemilihan objek untuk menghasilkan peta memerlukan
suatu proses analisis. Proses analisis foto udara dan citra satelit untuk
digambarkan dalam peta disebut dengan interpretasi foto udara dan atau citra
satelit pengindraan jauh.
Interpretasi foto udara dan
atau citra satelit pengindraan jauh dapat dilakukan secara digital maupun
secara manual. Interpretasi manual dapat
dilakukan secara visual dengan menggunakan bantuan komputer (pada monitor komputer)
maupun pada foto udara atau citra yang sudah tercetak. Interpretasi manual pada foto udara atau citra yang tercetak
dilakukan dengan menggunakan alat bantu stereoskop. Stereoskop akan membantu untuk
melihat foto udara secara 3 dimensi sehingga mempermudah dalam melakukan
interpretasi. Interpretasi manual dilakukan dengan delineasi (membatasi)
objek-objek sesuai dengan peta yang akan dibuat. Delineasi objek dilakukan dengan
memperhatikan unsur-unsur interpretasi, yaitu rona/warna, bayangan, bentuk,
ukuran, pola, tekstur, situs, dan asosiasi. Sementara itu, interpretasi digital
dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) komputer. Dalam pembuatan peta memanfaatkan data
pengindraan jauh, skala peta yang dihasilkan akan mengikuti skala foto udara
atau citra yang digunakan.
No comments:
Post a Comment