Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Persebaran Flora dan Fauna
Faktor-faktor apa sajakah
yang memengaruhi persebaran flora dan fauna?
Sumber: http://maxpixel.freegreatpicture.com/
Animal-World-Butterflies-Poinsettia-Flora-Fauna-55052
|
1. Faktor Iklim
Faktor iklim merupakan salah satu faktor dominan yang memengaruhi
persebaran flora dan fauna. Elemen iklim yang dapat memengaruhi persebaran flora
dan fauna, antara lain suhu, kelembapan udara, angin, sinar matahari, dan curah
hujan.
2. Faktor
Tanah (Edafik)
Tanah merupakan
tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman. Tanah juga menyediakan kebutuhan pokok
tanaman, seperti air, udara, dan nutrisi. Faktor tanah yang berpengaruh
terhadap persebaran flora dan fauna adalah kesuburan tanah dan jenis tanah. Sementara
itu, pengaruh tanah terhadap persebaran fauna merupakan pengaruh secara tidak
langsung. Persebaran fauna dipengaruhi oleh persebaran flora karena flora
merupakan pembentuk habitat hidup fauna (khususnya fauna darat). Selain itu,
flora merupakan sumber makanan bagi sebagian besar fauna.
Tingkat
kesuburan tanah berpengaruh terhadap persebaran flora karena kesuburan tanah
merupakan persyaratan hidup flora. Di daerah yang memiliki tanah subur akan
banyak ditumbuhi flora. Apabila flora banyak tumbuh di daerah tersebut, maka
akan banyak fauna yang hidup di sana. Sebaliknya, di daerah yang memiliki tanah
tidak subur akan ditumbuhi oleh flora tertentu saja. Oleh karena itu, hanya
sedikit fauna yang dapat hidup di sana.
Selain kesuburan, faktor tanah yang dapat memengaruhi persebaran
flora dan fauna adalah jenis tanah. Sebagai contoh, jenis tanah regosol cocok sebagai
tempat hidup tanaman tembakau, palawija, dan jenis buah-buahan yang tidak
banyak membutuhkan air. Jenis tanah latosol cocok untuk tanaman padi, palawija,
karet, kelapa, dan kopi. Jenis tanah organosol dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tanah organosol humus dan tanah organosol gambut. Jenis tanah organosol humus cocok
sebagai tempat hidup tanaman padi dan banyak jenis buah-buahan. Jenis tanah
organosol gambut cenderung sulit untuk dimanfaatkan karena sifatnya yang sangat
asam. Akan tetapi, dewasa ini jenis tanah ini banyak diusahakan untuk tanaman
kelapa sawit. Jenis tanah alluvial cocok untuk tanaman padi, tebu, palawija,
tembakau, kelapa, dan buah-buahan. Jenis tanah podzolik merah kuning cocok sebagai
tempat hidup tanaman kelapa sawit, karet, dan jambu mete. Jenis tanah laterit
cocok untuk tanaman kelapa. Jenis tanah litosol cenderung sulit untuk
dimanfaatkan, hanya tumbuhan jenis palawija yang banyak ditanam di tempat
dengan jenis tanah ini. Jenis tanah rendzina cocok sebagai tempat hidup jenis
tanaman keras semusim. Jenis tanah mediteran cocok untuk tanaman jati. Sementara
itu, jenis tanah grumosol cocok sebagai tempat hidup tanaman jati dan
rumput-rumputan.
3. Faktor
Topografi
Faktor topografi
yang dapat memengaruhi persebaran flora dan fauna adalah ketinggian dan
kemiringan lereng. Faktor ketinggian dapat berpengaruh karena terjadi perbedaan
suhu (pengurangan suhu) seiring dengan pertambahan ketinggian suatu tempat. Sementara
itu, faktor kemiringan lereng berpengaruh terhadap persediaan air. Tempat yang
miring memiliki persediaan air relatif sedikit karena air cepat bergerak
menuruni lereng menuju tempat yang lebih rendah.
Flora maupun fauna akan melakukan adaptasi terhadap
faktor topografi. Akan tetapi, tingkat adaptasi flora dan fauna berbeda-beda sehingga terdapat
flora dan fauna yang dapat hidup di tempat tertentu serta ada pula yang tidak dapat
bertahan hidup. Jenis flora yang banyak terdapat di tempat yang tinggi
misalnya tanaman pinus. Seiring dengan pertambahan ketinggian,
jenis flora ini akan berkurang. Semakin mendekati puncak gunung jenis tanaman yang ada hanya berupa jenis semak dan rumput-rumputan
saja. Pengurangan jumlah makhluk hidup seiring bertambahnya ketinggian tempat
juga terjadi pada fauna. Semakin mendekati puncak gunung semakin jarang ditemui
fauna dalam wujud yang besar.
4. Faktor
Geologi
Pengaruh faktor geologi terhadap persebaran flora dan
fauna dapat terlihat pada masa awal pembentukan benua. Persebaran jenis-jenis
flora dan fauna yang ada sekarang merupakan pengaruh dari peristiwa masa lampau.
Sebagai contoh, flora dan fauna yang ada di Pulau Sumatra dan Kalimantan
merupakan flora dan fauna khas Benua Asia (Asiatis). Pada zaman dahulu kala, Pulau
Sumatra dan Kalimantan merupakan bagian dari Benua Asia yang kemudian terpisah.
Berbeda halnya dengan flora dan fauna yang ada di Pulau Papua. Flora dan fauna
di Pulau Papua merupakan khas Benua Australia (Australis) karena Pulau Papua
merupakan bagian dari Benua Australia yang terpisah.
5. Faktor
Oseanik (Laut)
Selain
faktor-faktor yang terdapat di darat, terdapat juga faktor dari laut yang dapat
memengaruhi persebaran flora dan fauna. Faktor laut yang memengaruhi persebaran
flora dan fauna adalah suhu, salinitas (banyaknya kandungan garam), arus, dan kedalaman laut. Suhu dan salinitas laut menjadi faktor syarat hidup flora maupun
fauna laut. Jenis flora dan fauna yang ada di laut yang bersuhu hangat berbeda
dengan jenis flora dan fauna di laut yang bersuhu dingin. Demikian juga banyak
jenis flora dan fauna yang hanya dapat hidup di laut dengan salinitas normal,
tetapi ada juga yang dapat beradaptasi terhadap salinitas yang tinggi.
Pengaruh arus
terhadap persebaran flora tidak dapat diamati dengan jelas, namun arus sangat memengaruhi
persebaran fauna. Fauna jenis ikan tidak hidup secara menetap di suatu tempat tertentu
saja, melainkan menyesuaikan diri dengan pergerakan arus laut. Hal tersebut disebabkan
karena arus laut membawa plankton yang merupakan makanan ikan.
Kedalaman laut berkaitan erat dengan penyinaran
matahari. Sinar matahari tidak dapat menembus laut yang dalam, padahal hampir seluruh
jenis flora membutuhkan sinar matahari. Akibatnya, hanya jenis flora tertentu
saja yang dapat bertahan hidup di laut dalam. Sementara itu, fauna di laut
dalam memiliki organ tubuh yang mampu memancarkan cahaya sebagai bentuk adaptasi
akibat tidak adanya sinar matahari.
6. Faktor
Biotik
Faktor biotik
yang dapat memengaruhi persebaran flora dan fauna adalah manusia. Aktivitas manusia
dapat berdampak positif maupun negatif terhadap kelestarian flora dan fauna.
Contoh aktivitas manusia yang
berdampak negatif adalah penebangan hutan secara liar
(illegal logging) dan perburuan hewan
secara sembarangan. Hal tersebut akan menyebabkan berkurangnya jumlah spesies
flora maupun fauna secara signifikan, bahkan dapat berakibat kepunahan. Sementara
itu, aktivitas manusia yang berdampak positif, misalnya menetapkan cagar alam
untuk melestarikan flora dan menetapkan suaka margasatwa untuk melestarikan
fauna.
No comments:
Post a Comment