Friday, February 2, 2018

Pola Keruangan Wilayah Kota Berdasarkan Pendekatan Morfologi Kota dan Pendekatan Sistem Kegiatan

Pola Keruangan Wilayah Kota Berdasarkan Pendekatan Morfologi Kota dan Pendekatan Sistem Kegiatan
Sumber: https://pixabay.com/p-610845/?no_redirect
Bagaimanakah pola keruangan wilayah kota berdasarkan pendekatan morfologi kota dan pendekatan sistem kegiatan?
Contoh pendekatan yang dapat digunakan untuk menyoroti dinamika kehidupan suatu kota adalah pendekatan morfologi kota dan pendekatan sistem kegiatan (Yunus, 2006). Mari, kita simak penjelasan berikut ini dengan saksama.

1.    Pendekatan Morfologi Kota
Pendekatan ini mengacu pada bentuk suatu kota itu sendiri serta peluang perkembangan kota selanjutnya. Dalam perkembangan kota, pada arah tertentu sering kali terdapat hambatan. Hal ini akan menentukan pola keruangan kota yang terbentuk. Berikut ini klasifikasi bentuk-bentuk kota berdasarkan pendekatan morfologi kota.
a.    Bentuk Kompak
Kota yang berbentuk kompak masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa bentuk yang lebih spesifik. Bentuk pertama adalah bentuk persegi. Bentuk ini menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke segala arah, hambatan fisikal relatif tidak begitu berarti. Bentuk kedua adalah bentuk persegi panjang. Bentuk ini dimungkinkan karena adanya hambatan fisik di salah satu sisi yang berupa lereng terjal, gurun pasir, perairan, atau hutan. Bentuk ketiga adalah bentuk kipas. Suatu kota dapat berbentuk kipas karena perkembangannya hanya memungkinkan ke arah satu sisi saja. Bentuk keempat adalah bentuk lingkaran. Bentuk lingkaran merupakan bentuk yang paling ideal karena memungkinkan perkembangan secara seimbang ke segala arah. Bentuk kelima adalah bentuk pita. Bentuk pita hampir sama dengan bentuk persegi panjang, tetapi lebih panjang lagi. Hal ini terjadi karena pengaruh sarana transportasi dalam perkembangan kota. Bentuk keenam adalah bentuk gurita. Suatu kota dapat memiliki bentuk gurita karena pengaruh sarana transportasi ke banyak arah. Selanjutnya, bentuk kompak yang terakhir adalah bentuk tidak berpola. Bentuk yang tidak berpola terjadi pada daerah dengan kondisi geografis yang khusus. Misalnya, kota yang terletak di sebuah pulau kecil akan berpola menyerupai pulau tersebut.


b.    Bentuk Tidak Kompak
Suatu kota yang berbentuk tidak kompak masih dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk yang lebih spesifik. Bentuk yang pertama adalah bentuk terpecah (gambar a). Kota awalnya memiliki bentuk kompak, tetapi dalam perkembangan selanjutnya ada bagian yang terpisah sehingga menjadi terpecah. Bentuk kedua adalah bentuk berantai (gambar b). Bentuk berantai sebenarnya juga termasuk dalam bentuk terpecah, tetapi mengikuti rute tertentu. Bentuk ketiga adalah bentuk terbelah (gambar c). Bentuk terbelah awalnya merupakan bentuk kompak, tetapi karena adanya perairan yang lebar membuat kota ini seakan-akan terbelah. Bentuk tidak kompak yang terakhir adalah bentuk stellar. Bentuk stellar biasanya terdapat pada kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit.

2.    Pendekatan Sistem Kegiatan
Pendekatan sistem kegiatan menunjuk kepada perilaku perorangan, lembaga, atau perusahaan yang dapat menyebabkan terciptanya pola keruangan tertentu di dalam kota. Pendekatan sistem kegiatan ini dapat diklasifikasikan menjadi pendekatan wilayah sosial dan pendekatan konflik. Sederhananya, baik aktivitas sosial maupun adanya konflik, keduanya dapat menyebabkan terciptanya pola keruangan tertentu di suatu kota.

No comments:

Post a Comment

Postingan Terbaru

Klasifikasi Sumber Daya Alam Berdasarkan Sifat dan Proses Pemulihannya

Klasifikasi Sumber Daya Alam  Berdasarkan Sifat dan Proses Pemulihannya Bagaimanakah klasifikasi sumber daya alam berdasarkan sifat da...

Paling Banyak Dibaca