Pola Keruangan Wilayah Kota Berdasarkan Pendekatan
Morfologi Kota dan Pendekatan Sistem Kegiatan
Sumber: https://pixabay.com/p-610845/?no_redirect |
Bagaimanakah
pola keruangan wilayah kota berdasarkan pendekatan morfologi kota dan
pendekatan sistem kegiatan?
Contoh
pendekatan yang dapat digunakan untuk menyoroti dinamika kehidupan suatu kota
adalah pendekatan morfologi kota dan pendekatan sistem kegiatan (Yunus, 2006). Mari,
kita simak penjelasan berikut ini dengan saksama.
1. Pendekatan Morfologi Kota
Pendekatan ini mengacu pada
bentuk suatu kota itu sendiri serta peluang perkembangan kota selanjutnya.
Dalam perkembangan kota, pada arah tertentu sering kali terdapat hambatan. Hal
ini akan menentukan pola keruangan kota yang terbentuk. Berikut ini klasifikasi
bentuk-bentuk kota berdasarkan pendekatan morfologi kota.
a. Bentuk Kompak
Kota yang berbentuk kompak masih dapat
diklasifikasikan lagi menjadi beberapa bentuk yang lebih spesifik. Bentuk
pertama adalah bentuk persegi. Bentuk ini menunjukkan adanya kesempatan perluasan
kota ke segala arah, hambatan fisikal relatif tidak begitu berarti. Bentuk
kedua adalah bentuk persegi panjang. Bentuk ini dimungkinkan karena adanya
hambatan fisik di salah satu sisi yang berupa lereng terjal, gurun pasir,
perairan, atau hutan. Bentuk ketiga adalah bentuk kipas. Suatu kota dapat
berbentuk kipas karena perkembangannya hanya memungkinkan ke arah satu sisi
saja. Bentuk keempat adalah bentuk lingkaran. Bentuk lingkaran merupakan bentuk
yang paling ideal karena memungkinkan perkembangan secara seimbang ke segala arah.
Bentuk kelima adalah bentuk pita. Bentuk pita hampir sama dengan bentuk persegi
panjang, tetapi lebih panjang lagi. Hal ini terjadi karena pengaruh sarana transportasi
dalam perkembangan kota. Bentuk keenam adalah bentuk gurita. Suatu kota dapat memiliki
bentuk gurita karena pengaruh sarana transportasi ke banyak arah. Selanjutnya, bentuk
kompak yang terakhir adalah bentuk tidak berpola. Bentuk yang tidak berpola
terjadi pada daerah dengan kondisi geografis yang khusus. Misalnya, kota yang
terletak di sebuah pulau kecil akan berpola menyerupai pulau tersebut.
b. Bentuk Tidak Kompak
Suatu kota yang berbentuk tidak kompak masih dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk yang lebih spesifik. Bentuk yang
pertama adalah bentuk terpecah (gambar a). Kota awalnya memiliki bentuk kompak, tetapi
dalam perkembangan selanjutnya ada bagian yang terpisah sehingga menjadi
terpecah. Bentuk kedua adalah bentuk berantai (gambar b). Bentuk berantai sebenarnya juga
termasuk dalam bentuk terpecah, tetapi mengikuti rute tertentu. Bentuk ketiga
adalah bentuk terbelah (gambar c). Bentuk terbelah awalnya merupakan bentuk kompak, tetapi
karena adanya perairan yang lebar membuat kota ini seakan-akan terbelah. Bentuk
tidak kompak yang terakhir adalah bentuk stellar.
Bentuk stellar biasanya terdapat pada kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota
satelit.
2. Pendekatan
Sistem Kegiatan
Pendekatan sistem kegiatan
menunjuk kepada perilaku perorangan, lembaga, atau perusahaan yang dapat menyebabkan
terciptanya pola keruangan tertentu di dalam kota. Pendekatan sistem kegiatan ini
dapat diklasifikasikan menjadi pendekatan wilayah sosial dan pendekatan konflik.
Sederhananya, baik aktivitas sosial maupun adanya konflik, keduanya dapat
menyebabkan terciptanya pola keruangan tertentu di suatu kota.
No comments:
Post a Comment