Pola Keruangan Wilayah Desa
Sumber: https://pixabay.com/p-100636/?no_redirect |
Pola keruangan
desa dapat dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor sosial. Faktor alam yang
memengaruhi pola keruangan desa, antara lain iklim, tanah, topografi, sumber
daya air, dan keberadaan sumber daya alam lainnya. Faktor sosial yang
memengaruhi pola keruangan desa, meliputi adat istiadat, kebudayaan, tingkat
ekonomi, dan tingkat pendidikan penduduk.
Menurut
Bintarto, berdasarkan kondisi fisik wilayah, pola keruangan desa dapat
dibedakan sebagai berikut.
1. Pola Memanjang/Linier (Line Village Community)
Pola memanjang/linier
biasanya terbentuk di desa yang berada di sepanjang jalan, jalur sungai, atau
pantai.
2. Pola Mengelompok (Nucleated Agricultural Village Community)
Pola mengelompok dapat dilihat
pada rumah penduduk yang terletak menggerombol di lokasi tertentu serta
berdekatan satu sama lain.
3. Pola Menyebar (Open Country or Tride Center Community)
Pola menyebar biasanya
terbentuk di daerah yang memiliki topografi homogen, namun tingkat kesuburan
tanah tidak merata. Antara rumah yang satu dengan yang lain terdapat jalur sebagai
jalan penghubung.
Pola keruangan desa dapat
ditunjukkan oleh keberadaan sistem perhubungan atau pengangkutan. Sistem
perhubungan di desa ditentukan oleh faktor topografi, usaha manusia, dan letak.
Setiap desa mempunyai kondisi topografi dan usaha manusia yang berbeda. Hal
tersebut menyebabkan jenis sistem perhubungan dan pengangkutan masing-masing
desa juga berbeda.
Sistem perhubungan merupakan
hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat desa. Menurut Giyarsih (2003),
kemudahan transportasi akan memberikan banyak keuntungan, seperti memudahkan
interaksi dengan dunia luar, meningkatkan aksesibilitas suatu wilayah sehingga
mendorong kemajuan wilayah tersebut, mendapatkan pelayanan dan fasilitas dari
tempat lain, efisiensi kerja masyarakat perdesaan, serta membuka jalan
komunikasi antardaerah. Melalui sistem perhubungan yang baik, suatu desa akan
didorong untuk maju, masyarakatnya sejahtera, dan wilayahnya dapat terus
berkembang.
Sistem perhubungan desa dapat
dibedakan berdasarkan desa yang bertopografi datar dan desa yang bertopografi berbukit.
Di desa yang bertopografi datar, sistem perhubungan dapat ditempuh dengan alat
transportasi tradisional, berupa gerobak, delman, atau alat transportasi modern,
seperti mobil dan truk. Hal tersebut banyak dijumpai di desa-desa yang berada di
Pulau Jawa dan Sumatra. Sementara itu, desa-desa di Pulau Kalimantan yang wilayahnya
dihubungkan oleh sungai, sarana transportasi yang digunakan berupa feri, perahu,
atau rakit. Di wilayah desa yang topografinya berbukit, sarana perhubungan dan angkutan
dapat dilakukan dengan kendaraan berat, seperti truk dan pesawat terbang. Kendaraan
tradisional cenderung sulit untuk menempuh wilayah yang berbukit-bukit ini.
No comments:
Post a Comment