Pola Keruangan Wilayah Kota Berdasarkan Teori Sektoral
dan
Teori Konsektoral
Sumber: http://maxpixel.freegreatpicture.com/
Vegas-Beautiful-City-Architecture-Sight-Sight-Seen-1094779
|
Menurut Yunus
(2006), terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menyoroti
dinamika kehidupan suatu kota, khususnya berdasarkan penggunaan lahan kota atau
tata ruang kota tersebut. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat dikategorikan
menjadi empat macam, yaitu pendekatan ekologi, pendekatan ekonomi,
pendekatan morfologi, dan pendekatan
sistem kegiatan. Saat ini, kita akan membahas tentang pendekatan ekologi,
khususnya berdasarkan teori sektoral dan teori konsektoral.
1. Teori Sektoral
Teori sektoral pertama kali
dikemukakan oleh Hoyt pada tahun 1939. Teori ini merupakan pengembangan dari
teori konsentris karena masih menunjukkan persebaran zona-zona konsentris.
Menurut teori ini, ruang kota dibagi menjadi 5 zona, yaitu daerah pusat
kegiatan (CBD), zone of wholesale light manufacturing, zona
permukiman kelas rendah, zona permukiman kelas menengah, dan zona permukiman
kelas tinggi.
Berdasarkan teori ini, daerah
pusat kegiatan (ditunjukkan oleh nomor 1) sama dengan pada teori konsentris. Zone
of wholesale light manufacturing (ditunjukkan oleh nomor 2) tidak
berbatasan langsung dengan CDB, tetapi memanjang ke luar menembus lingkaran konsentris.
Hal ini disebabkan karena adanya peranan jalur transportasi dan komunikasi.
Zona permukiman kelas rendah (ditunjukkan oleh nomor 3) dihuni oleh penduduk
dengan kemampuan ekonomi lemah. Zona ini juga memanjang karena pengaruh
transportasi. Zona permukiman kelas menengah (ditunjukkan oleh nomor 4) tidak
berbentuk memanjang karena kondisi ekonomi yang mapan memungkinkan penduduknya
tidak perlu tinggal terlalu dekat dengan tempat kerja. Zona permukiman kelas
tinggi (ditunjukkan oleh nomor 5) berada di paling luar, zona ini dirasa sebagai
tempat tinggal yang paling nyaman.
2. Teori Konsektoral (Konsentris-Sektoral)
Teori konsektoral merupakan
gabungan antara teori konsentris dan teori sektoral. Teori ini dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu tipe Eropa yang dikemukakan oleh Peter Mann (1965) dan
tipe Amerika Latin yang dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford (1980).
Menurut Mann, kota-kota di Eropa, khususnya di Inggris, menunjukkan perbedaan
penggunaan lahan yang mencolok akibat dipengaruhi oleh angin regional. Apabila
angin regional dominan dari arah tertentu, maka bagian kota yang menghadap ke arah
angin ini akan didominasi oleh kelas permukiman yang lebih baik. Semakin menjauhi
arah datangnya angin, kelas permukimannya semakin menurun. Hal ini berhubungan dengan kenyamanan tempat
tinggal yang dikaitkan dengan udara segar dan terbebas dari polusi.
Teori konsektoral kota di
Amerika Latin berbeda dengan Eropa, di mana menunjukkan kombinasi antara unsur tradisional
dan modern. Wilayahnya dibagi menjadi CBD, zona perdagangan, zona permukiman
kelas elit, zone of maturity, zone of insitu accretion, dan zone
of peripheral squatter settlements. CBD adalah pusat kota yang kegiatannya
sangat dinamis. Zona perdagangan membentuk jalur utama dan terletak menjari
dari pusat kota (CBD) ke arah luar dan dikelilingi oleh daerah permukiman elit.
Zone of maturity adalah permukiman yang kondisinya cukup baik. Zone
of insitu accretion ditandai oleh permukiman yang sederhana, tetapi tidak
terlalu buruk. Sementara itu, zone of peripheral squatter settlements adalah
wilayah yang paling buruk kondisi permukiman dan fasilitasnya.
No comments:
Post a Comment